glitter-graphics.com klik siniklik sini
Indonesian Spanish Brazilian Portuguese English German Dutch Italian Russian Greek French Arabic Korean Chinese Japanese Arabic Brazilian English Indonesian

Selasa, 04 Desember 2012

Rhoma: Kita Harus Mempunyai Konsep Untuk Memajukan Negara Ini


JAKARTA, Berita HUKUM - Mata Najwa, suatu program yang selalu menyajikan dengan memilah, mengkompilasi dan mencari benang merah atas topik yang sedang hangat dibicarakan di MetroTV malam tadi, Rabu (28/11). Mata Najwa menghadirkan penyanyi Raja Dangdut Rhoma Irama. Ia datang dengan berpakaian warna putih dan kaca mata hitamnya. Saat itu, Rhoma Irama duduk dikursi 'panas' Mata Najwa dengan di cecar berbagai pertanyaan dari awal sampai akhir sesi tanya jawab yang menarik. Dalam dialog panas itu diangkatlah tema "Mendadak Capres".

Pada sesi tanya jawab, Najwa Shihab selaku pembawa acara Mata Najwa di MetroTV menanyakan, "isunya bang Rhoma mau jadi Capres nich, apakah bang Rhoma sudah siap menjadi Capres?''.

"Soal siap ngak siapnya itu tergantung pada niat kita sendiri, serta visi misi kita yang juga sebagai pendukung dan motivatornya," jawabnya. "Serta kita harus mempunyai konsep untuk memajukan negara ini," tambahnya.

''Bung Rhoma kalau kita jadi Capres tentunya kita selalu dikaitkan dengan pro dan kontra dong?", "ya itulah namanya dipilih oleh rakyat, Presiden aja banyak pro dan kontranya," katanya.

"Presiden saja ada pro kontranya, apalagi kalau kita kaitkan dengan mendadak jadi Capres 2014 mendatang, pasti banyak juga pro dan kontranya dong," jelasnya.

"Berarti pastinya politik Bung Rhoma sampai saat ini masih sangat kental tentunya?", ya itu kan terlihat dari tahun 1977 sampai saat ini, saya suka berpolitik, apalagi berdakwah melalui seni. "Karena berdakwah itu adalah bagian dari menyampaikan amanat dari allah SWT," pungkasnya.

Di akhir sesi, Mata Najwa menyimpulkan bahwa musik bisa kawin dengan politik. Musik bisa menjadi medium canggih untuk penyebaran ideologi politik. Rhoma Irama mengungkapkan pengalamannya dicekal dan bagaimana menyisipkan pesan kritis dalam syair lagu. Di saat seni jadi alat politik, Warkop Dono-Kasino-Indro justru menertawakan politik lewat film dan aktivitas poliltiknya. Kata mereka, tertawalah sebelum tertawa dilarang.(bhc/opn)

1 komentar: